2016年10月1日土曜日

Catatan Kecil: “Mental Tangguh dan Dewasa”

writing-note-1

Suasana dalam gerbong kereta sebenarnya cukup lenggang. Tidak penuh sekali layaknya hari biasa. Tapi memang posisiku berdiri dalam gerbong kereta mungkin termasuk favorit. Terbukti, satu demi satu orang mendekat di sampingku. Ada yg di depan, ada yg di samping dan juga ada yg di belakangku.

"Apes dah, hari ini kejepit. Kanan kiri tidak bisa gerak. Apa boleh buat, sabar-sabar dikit. Mungkin pemberhentian stasiun berikutnya bisa sedikit leluasa atau cari tempat duduk," gumamku dalam hati.
Seorang pria usia sekitar 20 tahunan membuatku terkesima. Mulanya tidak menarik perhatianku. Kupikir dia bicara dengan teman atau handphone. Ternyata bicara seorang diri. Memang, ada juga orang Jepang yang kutemui kadang kebiasaan ngomong sendiri. Tak masalah. Jadi aku pun diam, masa bodoh asal tidak "berurusan". Sembari diam, terdengar juga gumanannya. Bahasa Jepang, jadilah aku tetap paham inti dari ocehannya. Hanya tentang pertandingan softball. Ada sedikit rasa lega. "Waras nih orang, jadi aku tidak ambil pusing. Monggo, silakan nyerocos".

Makin lama aku semakin "tidak nyaman" dengar gumamannya. "Lha kok kayak orang curhat ya?" Pandangan mata pemuda ini juga kosong. "Cilaka 12, ini cowok kayaknya rada bermasalah jiwanya. Harus cari akal supaya aku bisa duduk sekaligus menghindar dari orang ini." Beruntung, pemberhentian berikutnya, serombongan penumpangan turun.

Pucuk dicinta ulam tiba, segera aku bergegas menuju tempat duduk. Eh, si pemuda ikut juga, bahkan ikut duduk pas di sampingku. Aduh, aku terpaksa mendengarkan gumamannya minimal hingga stasiun berikutnya. Makin lama, saya tertarik juga dengar keluh kesahnya.

Intinya, si pemuda stres karena tidak terpilih sebagai anggota tim softball. Dirinya merasa mampu, tapi kenapa tidak dipilih. Ia menyalahkan temannya karena teman curang dan selalu cari muka di depan pelatih. Akhirnya dalam pertandingan tetap kalah. Si pemuda tidak terima dengan kekalahan pertandingan dan tidak bisa terima bahwa bukan dirinya yang jadi pemain dalam pertandingan softball tersebut.
9378026
"Cepatlah sampai atau minimal ada kesempatan kabur dari situasi seperti ini. Kok bisa aku diikuti terus oleh pemuda ini? Orang begini banyak, malah aku yang diikuti. Mimpi apa aku semalam," kataku dalam hati. Mau berdiri pun, di depan juga ada orang. Apalagi jalan kaki, jelas tidak bisa.
Situasi berubah. Pemberhentian berikutnya, gerbong cukup lapang. Cukup banyak penumpang yang turun. Segera aku beranjak dan "kabur" ke kursi yang cukup jauh. Pokoknya menjauh sejauh mungkin dari si pemuda. Eh, nggak salah tuh penglihatanku? Itu pemuda masih ikut-ikutan juga. Dia juga ikut beranjak dari kursi dan gilanya malah berdiri cukup dekat dengan posisiku. Alamak, aku harus mendengarkannya lagi! " Sudahlah, biarkan saja, mungkin si pemuda butuh pendengar untuk keluh kesahnya".


Akhirnya, kuputuskan untuk duduk diam dan mendengarkan keluh kesahnya. Si pemuda "ngomel" ngoceh tak karuan, aku tetap diam tak bereaksi apapun hingga pemberhentian stasiun yang jadi tujuanku. Saat aku turun, si pemuda tetap berada dalam gerbong dan tetap meneruskan ocehannya. Lebih kurang, waktu 40 menit kulewatkan satu gerbong bersama pemuda malang ini.

Sembari melangkah turun menanti kedatangan kereta berikutnya, aku berpikir dan merenung. "Alangkah malang nasib si pemuda. Di saat masa indah yang harus dinikmati dengan penuh keceriaan dan semangat, si pemuda justru terpuruk dalam keputusasaan. Semoga saja ia bisa bangkit dan kembali melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik."

Situasi yang dialami si pemuda pas dengan quote dari Andrie Wongso, motivator kita di Indonesia.
"Saat kita sendirian dalam ketakutan, tidak ada orang yang mendampingi, kita akan belajar apa itu keberanian."

"Saat terpuruk dan menderita, orang lain tidak mau tahu, kita akan belajar apa itu ketegaran."
"Saat kita gagal dan posisi berada di bawah, kawan-kawan malah pergi menjauh, kita belajar lebih keras pada diri sendiri."
"Semua cobaan, tekanan dan penderitaan sejatinya adalah sebuah proses kritalisasi menuju mental yang tangguh dan dewasa, sebagai modal kita berjuang lagi, meraih hidup dan sukses yang lebih berkualitas dan bermartabat."

Salam luar biasa, 
Hani Yamashita - Jepang

Ps: Telah di muat di Andrie Wongso.com, 8 September 2016
http://www.andriewongso.com/catatan-kecil-mental-tangguh-dan-dewasa/

0 件のコメント:

コメントを投稿