2013年8月26日月曜日

Buku kedua terbit " Aishiteimasu"



Setelah cukup beristirahat dari perjalanan pulang kampung halaman, akhirnya tangan gatal juga untuk menulis. Kali ini buku kedua dari saya, " Aishiteimasu" mendapat kesempatan untuk melakukan acara promosi di kampung halaman tercinta, Yogyakarta.

Buku " Aishiteimasu" yang beredar awal bulan Agustus 2013 di seluruh toko buku di Indonesia ternyata tetap membuat penulisnya termehek-mehek. Rasanya perjuangan dari awal, mulai naskah, proses edit, sensor, diskusi, permak, finishing, entah proses apalagi , yang pasti tak semudah membalikkan tangan untuk meloloskan sebuah karya buku.

Impas sudah saat mengetahui detik-detik buku " Aishiteimasu" akan naik cetak di penerbitan Galang Press, Yogyakarta. Awal bulan Juli barulah penulis mengetahuinya. Plong rasanya, tapi eitss, masih panjang perjalanan dari sebuah buku " Aishiteimasu".
P1002429.JPG

Buku "Aishiteimasu" yang merupakan buku kedua dari saya, banyak bercerita mengenai kehidupan sosial, kebudayaan dan pasti manusia Jepang. Buku yang lain dari buku pertama, "Japan Aftershock", banyak bercerita hal-hal yang lucu dan manis. Bahasa ringan yang mudah dimengerti semua kalangan. Buku ini cukup tebal, 206 halaman. Saya kutip dari halaman belakang cover buku "Aishiteimasu",

"Aku itu hanya tanya, di mana cincinmu? Aku ini istrimu, wajar dong ingin tahu keberadaan cincin pernikahan kita. Siapa tahu cincinmu terjatuh, aku bisa bantu cari. Apa salahku? Hanya menyebut "cincin", kenapa kamu begitu gelisah dan malu? Baiklah, aku ulangi lagi ya, aku tanya tentang cincin, ya cincin," ungkapku dengan setengah berteriak.
Akihiro dengan sigap segera membekap mulutku lagi. Huh, benar-benar hari yang tak menyenangkan, dua kali suami membekap mulutku. Tak sopan sekali suami Jepang ini!

Gara-gara perbedaan arti kata, Akihiro dan Hani kerap kali ribut. "Cincin" ternyata bermakna lain jika diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Celakanya, arti katanya cukup membuat hati orang Jepang risi. Tak hanya sekali pasangan suami-istri beda bangsa itu, Hani dari Indonesia dengan logat Jawa yang kental, sementara Akihiro berdarah Jepang tulen, bersitegang. Masih banyak, riak-riak yang meningkahi kehidupan mereka. Kebanyakan, sumber kesalahpahaman itu berpangkal dari perbedaan budaya. Hani dan Akihiro sadar, mereka dipertemukan dalam latar belakang yang warna-warni. Namun, semua itu disatukan oleh cinta. Cinta itu pulalah yang menyejukkan suhu rumah tangga mereka. Belum genap satu tahun menikah, Hani dibuat tercengang melihat apa yang ia lihat dan alami saat pertama kali menjejakkan kaki di Jepang.

Kisah romantis nan lucu menggelitik acap kali menyelimuti perjalanan pernikahan mereka sebagai pengantin baru. Terlebih lagi, Hani belum fasih berbahasa Jepang. Bisa dibayangkan, bagi Hani, empat musim dalam satu tahun serasa seperti penonton yang menyaksikan banyak adegan film berbahasa asing yang sulit dipahaminya. Ia pun hanya bisa bertanya-tanya meski tak jarang merespons ketidaktahuannya secara gagap dan berlebihan.

Tepat tanggal 30 Juli dan 31 Juli 2013, dilakukan talkshow sekaligus merupakan launching buku Aishiteimasu. Menandai mulai dilakukan perkenalan buku Aishiteimasu ke masyarakat luas. Promosi sekaligus perkenalan buku dilakukan melalui talkshow di radio Rakosa dan RRI. Siaran secara langsung terasa menyenangkan dan dalam suasana keakraban. Ditemani penyiar yang mumpuni dari radio Rakosa dan RRI. Begitu juga dari pihak penerbitan, mas Wiwik selaku pihak marketing dan mas Sigit selaku pihak editor. Klop sudah, penulis jadi tenang saat mengikuti sesi talkshow.

Rasa penat dan jetlag masih terasa karena baru pada tanggal 30 Juli, sore hari saya menginjakkan tanah Yogyakarta. Hanya ada jeda waktu 2 jam bagi saya untuk mempersiapkan diri mengikuti acara talkshow. Apa boleh buat, sudah resiko saya juga yang menyanggupinya. Beruntung sesuai rencana.

Akhirnya 2 hari berturut-turut, 30-31Juli,  semua acara promosi buku Aishiteimasu berjalan lancar. Penulis pun bisa tenang menikmati hari libur di Yogyakarta. Kesuksesan acara ini berkat kerjasama yang apik dari pihak penerbitan Galang Press. Matur nuwun. Walaupun hanya sebentar saja tetapi tetap terasa menyenangkan bisa menikmati banyak hal di Yogyakarta.

Hal yang membuat surprise bagi penulis adalah saat menerima buku pertama Aishiteimasu dari pihak penerbit. Masih takjub juga. Lebih terpesona lagi saat melihat buku Aishiteimasu berjajar di rak-rak buku di toko buku di Yogyakarta, khususnya Gramedia. Sesaat saya pegang buku Aishiteimasu dan bergumam, " Benar ya, saya sudah menulis 2 buku ? Japan Aftershock dan Aishiteimasu?". Ternyata benar sudah menghasilkan 2 buku, Japan Aftershock dan Aishiteimasu.


salam hangat dari Jepang,
Hani Yamashita









0 件のコメント:

コメントを投稿