2009年7月17日金曜日

Siapakah Pengganti PM Taro Aso?
Ryu & Yuka-chan no mama - Jepang


Dear Zev, AsMod dan KoKiers,

Akhir-akhir ini dunia perpolitikan Jepang mengalami banyak peristiwa. Ibarat kata, rakyat Jepang disuguhkan berbagai macam " drama kehidupan politik di Jepang ". Tidaklah mengherankan bahwa di Jepang cukup mudah mengadakan Pemilu, tidak perlu menunggu 5 tahun seperti halnya Indonesia.

Contoh, Pendahulu PM Taro Aso ( 68 tahun ) adalah PM Yasuo Fukuda ( 72 tahun ) yang merupakan PM Jepang Ke -91, menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang sejak 26 September 2007 hingga 24 September 2008 ( secara resmi mengundurkan diri ). Mantan PM Yasuo Fukuda sendiri telah menyatakan mengundurkan diri pada tanggal 1 September 2008 . Saat Mantan PM Yasuo Fukuda mengundurkan diri pun, kebanyakan reaksi rakyat Jepang hanya cukup " terkejut " kemudian kembali seperti biasa, segera diadakan pemilihan pengganti PM Jepang yang baru yaitu PM Taro Aso.

Ditelusuri kebelakang lagi, sebelum PM Yasuo Fukuda adalah PM Shinzo Abe ( 52 tahun ), PM Jepang ke 90, merupakan PM Jepang yang paling muda dalam sejarah. Shinzo Abe menjabat sebagai PM Jepang mulai 26 September 2006 hingga 26 September 2007, genap 1 tahun saja jabatan sebagai PM Jepang . Shinzo Abe pun mengundurkan diri dengan alasan kesehatan , akan tetapi banyak rumor yang membantah alasan kesehatan yang dianggap mengada-ada . Entah mana yang benar, yang pasti Shinzo Abe mundur sebagai PM Jepang .

Kali ini fokusnya kepada PM Taro Aso yang mulai menjabat sebagai PM Jepang sejak 24 September 2008 hingga akhir Agustus 2008 ( entah kapan persisnya tanggal-nya karena hingga saat artikel ini ditulis PM Jepang masih dijabat oleh Taro Aso ).

PM Taro Aso ini menggantikan PM Yasuo Fukuda yang mengundurkan diri 1 September 2008. Sungguh tidak mudah menjadi PM Jepang ini, terlalu banyak ganjalan dan intrik di dalam politik. Saat ini PM Taro Aso sudah bisa diibaratkan " tinggal menunggu hari " saja. Nasibnya sungguh -sungguh gawat kalau bisa disebut di ujung tanduk .

Berbagai mass media di Jepang salah satunya adalah Yomiuri Shimbun edisi 14 Juli 2009 , menuliskan kekalahan Partai Demokratik Liberal ( LDP ) yang merupakan partai PM Taro Aso dalam pemilihan di Tokyo pada hari Minggu ,12 Juli 2009 .

Kalah dalam pemilihan di Tokyo adalah fatal bagi LDP, karena kekalahan di Tokyo sudah bisa dipastikan sebagai gambaran kekalahan di pemilu mendatang . Tokyo yang merupakan ibukota negara Jepang bisa disebut sebagai gambaran awal yang cukup mewakili " isi hati " rakyat Jepang yang menginginkan segera PM Taro Aso mundur. Ada beberapa kelemahan dan kekurangan dari PM Taro Aso yang membuat dirinya semakin tidak populer dikalangan rakyat Jepang .

Dukungan rakyat terhadap PM Taro Aso pernah mengalami saat -saat terendah pada bulan Februari 2009 dimana salah satu menteri kesayangannya, Menteri keuangan - Shoichi Nakagawa , mabuk saat menghadapi jumpa pers Pertemuan G7 di Roma. Silakan klik artikel terdahulu,http://community.kompas.com/read/artikel/2378

Terbukti dari hasil angket yang dilakukan banyak mass media di Jepang , popularitas PM Taro Aso menurun dratis hingga 9, 7 % . PM Taro Aso kurang tegas dimata rakyat Jepang dalam permasalahan Shoichi Nakagawa yang notabene adalah teman baiknya . Walaupun pada akhirnya Shoichi Nakagawa sendirilah yang malu hati dan mengajukan pengunduran diri sebagai menteri Keuangan .

Sebetulnya pun dukungan rakyat terhadap PM Taro Aso pun rendah, tidak pernah mencapai 50 %. Akibatnya banyak kebijakan PM Taro Aso kerap di tentang oleh pihak oposisi, salah satunya adalah paket stimulus untuk menangani krisis global di Jepang . Saat ini partai oposisi yang menang dalam pemilihan di Tokyo adalah Partai Demokrat .

Satu hal lagi kelemahan PM Taro Aso adalah "kurang berhati-hati dalam berbicara" . Sudah banyak kali PM Taro Aso salah ucap , salah tulis , inilah yang sering jadi bulan-bulanan, ejekan di berbagai mass media . Memang tiada gading tak retak , manusia pasti ada kalanya salah ataupun keliru . Sebagai contoh, akhir bulan November 2008 , di awal masa jabatan, PM Taro Aso di depan Perhimpunan Tenaga Kesehatan Jepang mengatakan dengan lantang dalam pidatonya, "Dokter di Jepang kurang memiliki kepedulian . " Kesalahan ini pun kemudian diralat oleh PM Taro Aso dan meminta maaf .

Lain kesempatan, PM Taro Aso sekali lagi " keseleo" lidahnya , mulanya menetapkan suatu kebijakan yang sudah disepakati, t ak sampai 5 hari berubah lagi perkataannya . Sebagai PM Jepang, selayaknya berhati-hati dalam mengucapkan hal-hal apapun, apalagi di depan umum . Perkataan PM Taro Aso susah " dipegang" , sering berubah-ubah dan kerap kali diralat .



Berikutnya PM Taro Aso sering salah menyebut nama orang, kurang berhati-hati, padahal jabatan PM Jepang sangat penting dalam penyebutan nama lawan bicara . Misalnya saat pidato pertemuan di Davos, Swiss , tanggal 31 januari 2009 , PM Taro Aso salah menyebut nama mantan PM Inggris Tony Blair. Berkali-kali PM Taro Aso selalu menyebut " Tony Brown " . PM Taro Aso rancu dengan PM Inggris saat ini yaitu Gordon Brown . Akibat salah ucap nama tersebut , PM Taro Aso menjadi bulan-bulanan ejekan di mass media di Jepang. Masih ada beberapa kali salah ucap nama lawan bicara yang sudah tidak perlu di tulis panjang lebar . Bagaimanapun PM Taro Aso adalah Perdana menteri Jepang yang dimata rakyat Jepang , tidak selayaknya salah ucap .

Begitu juga dalam penulisan huruf kanji, ada berapakali salah. Memang kelihatannya sepele hanya kurang satu coretan, akan tetapi akan berbeda artinya dalam huruf kanji. Menurut mass media Jepang, rakyat Jepang "meradang" melihat kesalahan yang salah coret dalam bahasa Jepang , yang notabene adalah bahasa ibu PM Taro Aso.

Masih ada lagi penyebab ketidakpopuleran PM Taro Aso diantaranya adalah tidak segera diselesaikan masalah dalam negeri Jepang yang sudah menumpuk, terutama masalah asuransi jaminan masa tua yang terbengkelai hingga detik ini. Tidak ada upaya nyata dari PM Taro Aso untuk berusaha secepatnya mengerjakan pekerjaan rumah yang mendesak ini.

PM Taro Aso lebih banyak tebar pesona di sana sini, menjanjikan pinjaman ke berbagai negara di luar negeri sementara negara Jepang sendiri terutama rakyat Jepang sudah " kewalahan " menghadapi terpaan badai krisis global . Tingkat pengangguran di Jepang dan angka bunuh diri melesat akibat imbas krisis global akan tetapi tidak ada upaya nyata dari PM Taro Aso untuk menanggulangi permasalahan ini .

Tentu saja tidak semuanya PM Taro Aso minus di mata rakyat Jepang, ada kelemahan tentu juga ada kelebihan bukan? PM Taro Aso adalah PM yang tidak rentan dengan serangan dari kanan kiri pihak oposisi, maksudnya rasa kepercayaan diri yang tinggi , tidak mudah merasa " down", karakternya sangat berbeda dengan pendahulunya Junichiro Koizumi yang terkenal dengan model " kepala batu ". PM Taro Aso masih mau mendengarkan bisikan kiri kanan-nya, disamping kemampuan diplomasi yang handal, maklum saja sebelum terjun ke kancah politik Taro Aso adalah pengusaha.

Akibat dari kelemahan PM Taro Aso inilah akhirnya popularitas partai oposisi , Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) semakin menonjol di kalangan rakyat Jepang. Inilah yang menjadi "celah" buat Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) untuk memenangkan pemilu di Tokyo. Rakyat Jepang mulai jenuh dan kecewa dengan kebijakan PM Taro Aso yang tidak ada hasilnya, sementara biaya hidup di Jepang yang semakin melangit . Silakan klik artikel terdahulu, http://community.kompas.com/read/artikel/2048

Akibatnya PM Taro Aso semakin tidak populer dimata rakyat Jepang , kasarnya NATO ( No Action Talk Only ) , tipe pemimpin yang suka meninabobokan rakyat dengan janji manis .

Walaupun saya akui selama krisis global memang ada upaya dari pihak pemerintah untuk menanggulangi krisis , misalnya penyaluran kerja bagi korban PHK . Akan tetapi upaya ini sudah dilakukan sejak dahulu ( jauh sebelum Taro Aso menjadi PM Jepang ) . Di satu sisi memang Jepang biaya hidup tinggi, akan tetapi di sisi lain pelayanan ( servis) dari aparat negara memang bagus terhadap warga Jepang . Ada atau tidaknya PM Taro Aso tidaklah berpengaruh, karena memang punggawa negara ( pegawai Pemerintah Jepang ) sadar bahwa bekerja sebagai abdi rakyat , melayani kepentingan rakyat. Jadi ini lebih merupakan kemapanan suatu sistem pemerintahan Jepang yang sudah dilakukan sejak lama.

Yang dipermasalahkan oleh rakyat Jepang adalah keseriusan dari PM Taro Aso untuk segera bangkit dari krisis global bukan sekedar janji gombal. Contoh, paket stimulus yang diajukan PM Taro Aso banyak ditentang oleh partai oposisi, karena hanya sekedar menyenangkan hati rakyat Jepang " sesaat ( instan ) ", hanya tebar uang tanpa ada kelanjutan rencana.

Walaupun tidak saya pungkiri, saya pun senang dapat uang dari paket stimulus, akan tetapi itupun uang pajak dari hasil keringat rakyat. Bukankah lebih baik uang sebanyak itu dijadikan "satu" untuk kemudian dibuka jadi lapangan kerja untuk para korban PHK ? Daripada uang dibagikan untuk tiap orang ? Saya yakin uang yang didapat paket stimulus hanya akan habis untuk konsumsi sehari-hari atau paling juga masuk tabungan . Padahal yang "kolaps" butuh pertolongan darurat adalah justru pabrik dan perusahaan elektronik plus automotif ( mobil ) begitu juga banyak perusahaan kelas menengah ke bawah .

Lanjut, Partai oposisi yang baru saja memenangkan pemilihan di Tokyo ini adalah partai Demokratik Jepang ( DPJ ) , dimana sebelumnya pemimpin partai Demokratik Jepang ( DPJ ) adalah Ichiro Ozawa ( 2006 hingga Mei 2009 ). Ichiro Ozawa memainkan peranan penting dalam kancah perpolitikan Jepang , yang akhirnya tersandung oleh kasus suap dimana sekretaris utama Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) " digelandang " ke kantor polisi . Akibat kasus suap inilah, Ichiro Ozawa memilih mengundurkan diri demi menyelamatkan Partai Demokratik Jepang ( DPJ ). Pengganti Ichiro Ozawa adalah Hatoyama Yukio.

Banyak rumor beredar, kasus suap yang melibatkan ketua Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) adalah salah satu intrik dari PM Taro Aso untuk mendongkrak popularitasnya yang memang mulai kalah dengan kharisma Ichiro Ozawa. PM Taro Aso juga menggunakan kasus suap Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) untuk kepentingannya. Diharapkan rakyat Jepang " lupa" dengan tuntutan semula yaitu penyelesaian krisis global dan pernik-pernik pekerjaan rumah dalam negeri yang tidak kunjung selesai.

Pada kenyataannya memang cukup berhasil mendongkrak popularitas PM Taro Aso untuk 2 bulan saja , akan tetapi setelah Ichiro Ozawa rela mengundurkan diri sebagai ketua Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) , justru PM Taro Aso terkena imbasnya . Sejak itu popularitas PM Taro Aso turun drastis hingga dilaksanakan pemilihan di Tokyo yang berakhir dengan kekalahan LDP. Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) justru mulai menuai simpati dari rakyat Jepang yang mulai jenuh dan menginginkan adanya perubahan nyata dalam kehidupan .



Pandangan Pribadi Penulis

Di Jepang pergantian Perdana Menteri terasa sangat singkat masa jabatannya . Contoh di artikel ini , Taro Aso, Yasuo Fukuda dan Shinzo Abe, semuanya rata-rata sekitar 1 tahun, bahkan Taro Aso tidak bakal genap 1 tahun masa jabatannya. Sejak Mantan PM Jepang Junichiro Koizumi ( PM jepang ke -89, menjabat sejak tahun 2001 hingga tahun 2006 ), penggantinya tidak ada yang bisa bertahan lama.

Kemudahan pergantian Perdana menteri Jepang di satu sisi bagus , akan tetapi di sisi lain tetap saja ini adalah salah satu pemborosan, baik waktu dan biaya pelaksanaan. Bagaimana program pembangunan bisa berjalan dengan baik kalau setiap kali berganti pimpinan? Walaupun saya akui juga sistem pemerintahan Jepang sudah "paten" tidak bergantung pada satu orang. Hilang satu tumbuh seribu .

Kemenangan Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) dalam pemilihan di Tokyo pastinya akan mengubah sejarah Jepang , dimana akhirnya partai oposisi, Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) berhasil menggantikan Partai Liberal Demokratik ( LDP ). Saya cukup yakin bahwa Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) akan menggantikan LDP. Siapa tahu pergantian pimpinan dari Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) akan membawa angin segar bagi negara Jepang bukan?

Kalau mendengarkan "janji manis" Partai Demokratik Jepang ( DPJ ), program dan pandangan Partai oposisi ini memang berbeda dengan LDP, minimal ada program nyata untuk memperbaiki masalah dalam negeri Jepang , artinya lebih terfokuskan ke permasalahan di dalam negeri.

Siapapun yang menang dan memimpin Jepang bagi saya adalah SAMA saja yang penting PM Jepang berikutnya mampu dan mumpuni mengatasi permasalahan dalam negeri Jepang yang sudah cukup ruwet. Berhentilah mengumbar janji, segera kerjakan pekerjaan rumah dalam negeri Jepang yang sudah menumpuk. Hentikan peran sebagai Sinterklas di berbagai negara. Ingatlah uang yang di sebar oleh Pemerintah Jepang ke luar negeri adalah hasil keringat rakyat Jepang, hasil pajak yang melangit .

Bagaimanapun saya hidup di negara Jepang , sudah pasti berharap segala sesuatu berjalan lancar pada pemilu mendatang , 30 Agustus 2009 . Kalau pun Partai oposisi berhasil memenangkan Pemilu 30 Agustus 2009 yang akan datang , itu berarti Ketua Partai Demokratik Jepang ( DPJ ) yang akan menjadi PM Jepang berikutnya . Tinggal selangkah lagi Hatoyama Yukio akan menjadi PM Jepang yang ke 93 ( perhitungan dilakukan tiap kali berganti PM Jepang sepanjang sejarah Jepang ) .

Selamat datang PM Jepang yang baru! Semoga PM Jepang yang baru tidak malas mengerjakan pekerjaan rumah!

Terimakasih buat semuanya yang telah membaca artikel " gado-gado" soal politik di Jepang , hasil pengamatan dari orang awam yang kebetulan tinggal di Jepang . Silakan apabila KoKiers mau menambahkan informasi , ataupun mengkritik .


Referensi : The Yomiuri Shimbun ( Yomiuri Shinbun ) edisi 13 , 14 dan 15 Juli 2009 , halm 1 .

Salam hangat dari Jepang,

Ryu & Yuka -chan no mama

Note : Telah di muat di KOKI ( Kolom Kita ) pada tgl 17 juli 2009 , silakan klik

http://www.koki-kolomkita.com/baca/artikel/2/453/siapakah_pengganti_pm_taro_aso_

0 件のコメント:

コメントを投稿