Dear Zev, Asmod dan KoKiers,
Sebetulnya kejadian ini sudah cukup lama, 13 tahun yang lalu, akan tetapi sungguh sulit dilupakan. Pengalaman jadoel di saat saya masih menuntut ilmu di China, tepatnya di ibukota Negara China yaitu Beijing.
Beijing - tahun 1996, musim dingin
Pada saat itu saya masih lajang ( belum menikah apalagi punya anak ) , masa -masa indah untuk belajar di Negara China , tepatnya di kota Beijing . Masa itu saya seorang diri tinggal di Beijing, tanpa sanak saudara, tepatnya saya tinggal di salah satu asrama di Universitas pada kota Beijing. Sungguh kenangan yang tragis, konyol sekaligus menggemaskan pokoknya tidak terlupakan seumur hidupku.
Begitulah sehari - hari saya menjalani kehidupan seorang diri, tentu saja dengan banyak teman dari berbagai negara , menyenangkan sekali . Kebetulan Universitas yang saya pilih untuk menuntut ilmu, orang Indonesianya bisa dihitung dengan jari alias minim. Sebagai gambaran, untuk asrama yang saya tempati , hanya saya seorang diri sebagai orang Indonesia . Sedangkan asrama lain yang berada di lain blok ada 2 orang Indonesia saja .
Memang asrama yang saya pilih minim fasilitasnya dibandingkan asrama yang disediakan Universitas , dalam arti sebenarnya asrama khusus mahasiswa Luarnegeri cukup bagus fasilitasnya . Misalnya ada kamar mandi dan toilet pada setiap kamar mahasiswa , sedangkan asrama yang saya pilih tidak ada sama sekali. Kasarnya , Kamar mandi dan toilet yang ada adalah untuk umum bukan milik private . Sengaja saya memilih kamar asrama yang minim fasilitasnya karena saya pun ingin merasakan fasilitas minim seperti layaknya mahasiswa China umumnya . Kondisi di tahun 1996 tentulah berbeda dengan kondisi saat ini, 2009 . Beruntunglah yang menuntut ilmu di China saat ini karena China telah mengalami kemajuan yang pesat .
Di tahun 1996 adalah musim dingin yang pertama kalinya bagi saya , sungguh kenangan yang tak terlupakan. Saya menghabiskan satu roll film hanya khusus untuk mengabadikan indahnya hujan salju. Musim dingin di Kota Beijing sangatlah dingin dibandingkan Negara Jepang.
Begitulah tiap hari saya tetap melakukan aktivitas sehari - hari. Untuk menghemat pengeluaran sehari - hari saya pun berbelanja ke pasar di luar Universitas tersebut . Walaupun musim dingin , saya tetap harus berbelanja karena tuntutan perut. Sebetulnya di dalam Universitas terdapat juga berbagai masakan yang murah meriah sesuai ukuran kantong mahasiswa seperti saya , hanya saja kadang " bosan " dengan masakan China yang penuh minyak dan banyak lemak . Apalagi saya sangat menyukai makan buah- buahan, jadilah beberapa hari sekali pastilah saya pergi ke pasar " tiban " di luar Universitas tersebut .
Saya masih ingat kala itu musim dingin, Januari-1996, hari Jumat siang. Saat itu saya baru saja mengambil uang dari Bank terdekat , kemudian saya sempatkan mampir di pasar " tiban " untuk membeli buah - buahan karena persediaan buah-buahan telah habis .
Seperti biasa saya selalu membeli buah- buahan pada penjual buah langganan . Tentu saja penjual buah - buahan ini adalah orang China asli. Hubungan akrab antara kami terjalin karena saya sering membeli buah - buahan di kiosnya. Sebut saja beliau, Mr . Wang. Saya senang membeli buah dari Mr. Wang karena bisa menawar dengan harga semurah - murahnya tanpa mendapat caci maki dari Mr. Wang . Jadi Mr. Wang seperti teman akrab bagi saya bukan sekedar penjual buah- buahan. Apalagi setiap ada kelebihan stock buah- buahan yang sudah kurang bagus untuk dijual , biasanya Mr. Wang " memaksa" saya untuk membawa sebanyak mungkin buah- buahan alias gratis.
Pada saat saya membeli buah- buahan pada Mr. Wang, tiba- tiba Mr. Wang menunjukkan raut muka yang marah juga gusar. Seketika saya kaget , ada apa gerangan Mr . Wang berubah sikap seperti itu ? Ternyata Mr . Wang memberitahu saya bahwa pemuda disebelah saya baru saja melakukan aksi copet alias mencuri dompet dari mantel saya.
KoKiers, saya langsung ingin pingsan saat meraba dompet yang ternyata telah lenyap dari mantelku. Duh, detik itu juga saya langsung panik setelah tahu bahwa saya menjadi korban copet . Mau teriak pun percuma , wong sudah lenyap dompet dari mantelku, detik itu juga saya langsung dekati si pencopet tersebut .
Pencopet ini adalah seorang laki-laki, berusia sekitar 25 tahun, perawakan cukup besar . Dilihat dari raut muka , besar kemungkinan berasal dari daerah Xin Jiang . Entah mengapa , saat itu saya tidak merasakan rasa takut , justru panik karena terbayang tidak mampu membayar uang asrama. Duh , musim dingin tanpa sanak saudara, dimanakah aku akan tinggal seandainya aku kehilangan uang untuk membayar biaya sewa kamar.
Begitulah, spontan langsung saya dekati si pencopet tersebut. Saat itu si pencopet setelah melakukan aksi kejahatan, tidak segera lari justru pencopet itu "berlagak " berbincang- bincang dengan sesama temannya . Rupanya si pencopet cukup profesional, buktinya masih sempat -sempatnya menutupi aksi copetnya dengan berbincang - bincang dengan temannya. Langsung saya dekati tanpa tedeng aling, saya membuka percakapan dengan si pencopet. Sengaja saya berbicara dengan suara sekeras mungkin untuk menarik perhatian orang sekitar, apalagi di tempat keramaian umum seperti pasar tiban ini.
Tanpa basa-basi saya langsung berkata, "Bung, kembalikan segera dompet saya yang anda curi ! Saya tahu pasti andalah si pencopet ! " Eh , si pencopet masih mengelak dan masih berkata sembari meminta dukungan pada temannya , katanya, "Omong apa kamu, dasar orang gila, seenaknya menuduh orang mencuri dompetmu ! Mana buktinya kalau saya mencuri dompetmu?"
Panas hatiku dengar makian si pencopet, langsung saya pegang pergelangan tangannya yang lumayan besar untuk mencegah supaya si pencopet tidak kabur . Kataku , "Baik , kalau kamu tetap mengelak tuduhanku . Ayo, kita ke kantor polisi sekarang juga . "Sembari berkata dengan suara penuh amarah, saya tetap pegang pergelangan tangan si pencopet untuk bersama-sama ke kantor polisi .
KoKiers, begitu dengar kata "ke kantor polisi", si pencopet langsung berkelit dan berusaha meloloskan diri dariku. Tentu saja saya kalah kuat , sesaat saya tertegun , tapi detik itu juga saya langsung ikut berlari mengejar si pencopet tersebut. Tak terbayangkan di musim dingin saya harus berlari di alam terbuka untuk mengejar pencopet .
Pada saat itu yang terbayang di benakku hanya satu, "Kembalikan dompetku bahkan ke ujung dunia sekalipun aku tetap tidak rela si pencopet mengambil uangku " .
Uang memang bukan segalanya di dunia ini, tetapi tanpa uang tersebut , bagaimana saya bisa membayar uang asrama dan dimana saya akan tinggal di saat musim dingin yang mencapai minus 5 derajat celcius. Apalagi saya di Beijing tanpa sanak saudara, hidup seorang diri, susah senang harus di jalani sendiri bukan?
Jadilah saya berlari mengejar si pencopet sembari berteriak-teriak, "Copet, copet , copet ...tolong tangkap si pencopet ! " ( tentu saja dalam bahasa mandarin , sudah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia supaya KoKiers mudah membacanya ) . Duh, sembari lari mengejar si pencopet , entah berapakali saya dan si pencopet menerjang dagangan orang lain , entah itu baju, sayur mayur, perkakas dapur ataupun buah, akibatnya beberapa pedagang marah -marah dan mengomel kepada saya dan juga si pencopet .
Lucunya saat saya mengejar si pencopet yang terbayang di benakku, kok persis kayak Jackie Chen yang mengejar penjahat......hahaha , ini hanya intermezo saja, jangan dianggap serius . Pada saat saya mengejar si pencopet , konsentrasi saya hanya satu , "Kembalikan dompetku " Si pencopet pun tidak mengira bahwa saya akan senekat itu mengejar si pencopet .
Anehnya, sudah tahu saya dan si pencopet kejar mengejar , tetapi orang - orang di sekitar pasar tidak ada yang membantuku untuk menangkap pencopet tersebut . Mungkin saking seringnya ada banyak kejadian copet, sehingga orang - orang China jadi apatis terhadap kejadian copet .
Sungguh susah berlari di hamparan salju, di alam terbuka berlari mengejar pencopet . Kaki pun tidak lincah untuk berlari dikarenakan aspal cukup licin maklum hujan salju yang cukup sering mengguyur kota Beijing . Apalagi di musim dingin, pakaian yang saya kenakan adalah mantel yang cukup tebal .
Pasar ini adalah pasar tiban, di alam terbuka ( pasar terbuka yang digelar di trotoar khusus pejalan kaki ) , dagangan hanya di gelar pakai tikar , atau sekedar di letakkan di kereta , adapula yang berbentuk kios seperti kios buah - buahan . Rupanya si pencopet mulai panik melihat kenekatan saya , entah berapakali si pencopet menabrak dagangan orang lain dan mendapat makian dari si pedagang , demikian juga saya berapakali kena omelan, bentakan dan seruan amarah dari para pedagang .
Setelah kurang lebih 10 menit kejar mengejar di dalam pasar tersebut , tiba- tiba si pencopet berlari ke arah terminal bis, tepatnya di tempat pemberhentian bis . Duh , langsung dalam benakku terbayang si pencopet mau melarikan diri dengan naik bis . Saat itupun nafas saya sudah terengah - engah saking capeknya mengejar si pencopet . Melihat si pencopet berlari menuju terminal bis , batinku meronta , " Tidak , walaupun si pencopet melarikan diri dengan bis sekalipun , saya akan tetap ikuti kemanapun , sampai si pencopet mengembalikan dompetku . Terjadilah yang harus terjadi , saya akan berusaha sekuat tenaga ".
Begitulah, saat itu sebuah bis berhenti tepat di pemberhentian bis, sementara si pencopet telah tiba di pemberhentian bis sedangkan saya masih terpaut beberapa langkah di belakangnya . Sekali ini saya nekat meloncat dari jalan tersebut untuk mempercepat langkahku supaya bisa mengejar bis tersebut . Saat itu bis masih berhenti menunggu penumpang, sedangkan si pencopet sudah dalam posisi akan memasuki bis tersebut .
Saat saya meloncat, saya tetap berteriak "Copet, copet, copet, tangkap si pencopet ", si pencopet semakin panik karena banyak orang sekitar yang memperhatikan tingkah laku kami berdua .
KoKiers, saat saya meloncat pun tidak jatuh di tempat yang empuk alias pas jatuh di aspal , sungguh sakit bagian pantat dan kaki ini . Rasa sakit terlupakan karena masih konsentrasi mengejar si pencopet yang telah mulai memasuki bis tersebut .
Di saat saya akan memasuki bis tersebut, tiba - tiba si pencopet melemparkan sesuatu dari jendela . Seketika saya langsung mengenali dompetku, langsung saya segera menangkap dompet tersebut , sekali lagi saya gagal menangkap dan jatuh untuk kedua kalinya . Kali ini yang terluka bagian lengan yang terbentur ke jalan beraspal .
Sesaat saya menangkap dompet tersebut, saya sempat bertatap mata dengan si pencopet yang telah berada dalam bis , tak terlupakan betapa saya dan si pencopet ada sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata . Dendam, amarah dan rasa jengkel bercampur menjadi satu . Bahkan saat bis meninggalkan terminal tersebut , si pencopet masih menatap dengan tajam ke arahku . Saya pun membalas tatapan tajam dari si pencopet saking geramnya . Luar biasa kejadian mengejar pencopet di China untuk saya .
Puji Tuhan, saya berhasil memperoleh kembali dompet dari si pencopet . Langsung saya pegang erat- erat si dompet , seakan takut kehilangan lagi . Saat saya membuka dompet tersebut untuk memastikan apakah segala sesuatunya masih utuh , tiba - tiba banyak orang - orang China yang mengerumuni diriku . Saya masih ingat tiba- tiba seorang pemuda bertanya , "Isi dompetmu ada uang dollar ya ? Berapa banyak jumlah uang dollarmu ? Coba lihat uangmu ada berapa banyak ?"
KoKiers, mendengar kata- kata pemuda tersebut, sekali lagi amarah saya langsung menggelegak sejadi - jadinya . Bukannya membantu saya mengejar si pencopet , setelah saya memperoleh kembali dompetku, si pemuda ini hanya bertanya jumlah uang yang ada di dalam dompet tersebut . Langsung saya jawab , "Bung , apa urusanmu dengan dompet saya. Saya mau punya dollar , renminbi , bukan urusanmu " .
Pemuda ini juga marah mendengar jawabanku, jadilah sekali lagi babak kedua setelah mengejar si pencopet , saya bertengkar hebat dengan si pemuda yang "lancang mulut ". Emosi yang meluap antara jengkel baru saja mengalami kecopetan dan setelahnya harus bertengkar mulut dengan pemuda " lancang mulut ". Makin lama makin banyak kerumun orang China menyaksikan "perang mulut " antara saya dengan pemuda "lancang mulut " . Sungguh tak terbayangkan, saya mampu bertengkar begitu sengit dengan penduduk China .
Omong-omong soal perang mulut dengan penduduk China sudah makanan sehari -hari saat tinggal di Beijing . Jangan tanya kasarnya orang China kalau sedang bertengkar mulut, kalau bicara saat marah , tidak ada titik komanya saking nerocosnya . Saya banyak belajar dari keahlian orang China untuk hal ini, luar biasa ..hahahaha, bagaimanapun kenangan bertengkar mulut dengan orang China sungguh menyenangkan dan tak terlupakan . Anggap saja sebagai bagian memperlancar bahasa mandarin selama tinggal di Beijing . Saya tetap berharap suatu saat bisa berkunjung kembali ke Beijing , kota kenangan .
Begitulah KoKiers, setelah saya mendapatkan kembali dompet tersebut dan selesai bertengkar mulut, barulah saya sadari betapa gemetarnya tubuhku menahan dingin di musim dingin juga rasa sakit di seluruh tubuh karena 2 kali jatuh di jalan beraspal . Mantelku pun robek karena menerjang kios , demikian juga celana jeans pun sobek sedikit dibagian lutut . Sekujur tubuh rasanya memar akibat jatuh 2 kali di jalan beraspal .
Kemudian saya menuju ke kios buah-buahan Mr. Wang untuk mengucapkan terimakasih, tanpa bantuan beliau mungkin saya tidak akan mendapatkan kembali dompetku. Tak lupa saya mengambil buah - buahan yang sedianya akan saya beli . Sejak itu saya membiasakan diri untuk tidak membawa dompet , cukup bawa uang secukupnya .Sambil berjalan pulang menuju Universitas tersebut, saya menangis sedih, tanpa sadar butiran - butiran air mata mengembang di pelupuk mata . Secepatnya saya hapus air mataku sebelum sampai di asrama . Saya tidak mau orang lain melihat saya menangis .
Sesampainya di lorong asrama, saya bertemu dengan salah satu teman sekelas, pemuda Jepang yang bertanya dengan penuh rasa kuatir, "Apakah kamu baik -baik saja? " Saya hanya sanggup tatap matanya dan tetap berkeras menjawab , "Ya , saya baik - baik saja, jangan kuatir , saya hanya butuh waktu untuk menyendiri. Terimakasih buat perhatiannya . "
Sesampainya di kamar, roommate-ku orang Korea Selatan sedang keluar kota sehingga untuk sementara waktu saya ada waktu untuk sendiri . Langsung , saya menangis sejadi - jadinya , rasa takut, rasa sesal , rasa geram, rasa jengkel, amarah bercampur aduk menjadi satu .
Selama 2 hari ( Sabtu dan Minggu ) saya mengurung diri di dalam kamar saking takutnya kalau - kalau si pencopet mencari saya di Kampus. Kalau teringat kejadian 13 tahun yang lalu , betapa naifnya saya , bagaimana mungkin pencopet akan punya pemikiran untuk masuk kedalam kampus mencari saya ? Pasti si pecopet tidak akan berpikir sejauh itu mendatangi saya di kampus ? Buat apa ? Lebih baik cari " korban" baru bukan ?
Sejak itulah saya memahami satu hal, hidup di luar negeri, susah senang di "telan" sendiri , dijalani sendiri karena inilah pilihan hidupku ...hahaha . Jangan bergantung pada orang lain , harus MANDIRI . Tetapi kejadian mengejar pencopet di China tetap tidak bikin saya kapok untuk hidup di luar negeri , itulah dinamika ritme kehidupanku . Ada pasang surutnya, susah dan senang campur jadi satu seperti gado - gado .
Kelak saat saya menceritakan pengalaman mendebarkan mengejar pencopet di China , kedua orangtuaku dan saudaraku langsung mengelus dada, komentarnya hanya satu , "Nekat bener , kalau seandainya si pencopet tersebut bersenjatakan pisau atau senjata tajam, bagaimana dirimu ? Bisa - bisa kamu tinggal nama atau masuk di koran China sebagai korban kejahatan ".
Setelah dipikir-pikir betul juga kata mereka, kenapa aku begitu nekat mengejar si pencopet ? Kekuatan darimana yang membikin aku mampu mengejar si pencopet ? Entahlah, hingga saat ini kalau saya teringat kembali saya pun sering bingung, bagaimana mungkin seorang wanita muda begitu nekat mengejar pencopet di musim dingin. Mungkin juga ada hubungannya dengan darah muda yang masih membara juga ada unsur kepepet ( unsur terdesak ) .
Hikmah Kejadian
Dari kejadian mengejar pencopet di China, banyak hikmah yang bisa saya petik . Namanya kita hidup di dunia, pasti ada kejahatan disamping ada kebaikan, jadi sebaiknya kita waspada dan jangan pernah beri kesempatan kepada orang lain untuk melakukan kejahatan . Orang dari bangsa manapun pasti ada orang jahat dan orang baik . Satu hal lagi, sebagai manusia , jangan terlalu naif , menganggap semuanya akan selalu " baik " kepada kita , sungguh pelajaran yang sangat berharga .
Terimakasih buat KoKiers yang telah membaca, juga Zev dan AsMod yang menayangkan artikel ini .
Salam hangat dari Jepang,
Ryu & Yuka-chan no mama
Note : telah dimuat di KOKI ( Kolom Kita ) pada tanggal 18 Juni 2009
Silakan klik :
http://www.koki-kolomkita.com/baca/artikel/6/273/mengejar_pencopet_di_china_
0 件のコメント:
コメントを投稿