2012年8月11日土曜日

Pengalaman Mendebarkan Japan Aftershock


Pengalaman Mendebarkan Japan Aftershock
Ryu & Yuka-chan no mama
Dear Kokiers,

Lama tak menulis, hampir berbulan-bulan saya tidak menulis artikel di KoKi. Ternyata ada rasa kangen juga kembali ke rumah KoKi ini. Terimakasih buat redaksi KoKi yang sudah menayangkan resensi buku Japan Aftershock. Terlebih komen-komen dari para kokiers.


Tanggal 28 Januari 2012, jam 16:00-18:00 WIB, Gramedia Matraman-Jakarta, dilakukan acara launching sekaligus bedah buku " Japan Aftershock". Buku yang ditulis oleh 2 orang, Junanto Herdiawan dan Hani Yamashita ( RYc no mama ). Sebuah pengalaman yang berharga dalam hidup.

Mulanya saat mendapat ide menulis buku tentang gempa Jepang terutama semangat rakyat Jepang, saya hanya berpikir bahwa hanya menulis tanpa embel-embel yang lain. Akan tetapi begitu editor, Sophie Mou dan Nurjannah Intan memberitahukan adanya acara launching dan talkshow, langsung saya merasakan mulas perut. Ini bener- bener terjadi hampir 2 minggu rasanya badan tidak pernah beres,....hahaha. Bolak-bolak saya ke rumah sakit sebelum hari H, entah karena stress atau cuaca dingin.

Hingga seminggu mendekati hari H, saya pikir, " Apa boleh buat, harus bicara, tidak boleh ragu atau bisu,...jangan mempermalukan diri sendiri. Sudah kepalang tanggung, mendapat kesempatan launching dan talkshow, harus memberikan yang terbaik. Ganbarou!". Dalam benakku, " Sudah menulis tentang semangat rakyat Jepang, harus berani untuk memperkenalkan isi buku. Ini juga bagian tanggungjawab dari penulis." Saya tiba di Jakarta sehari sebelum hari H, 27 Januari 2012. Terasa badan mengalami jetlag dan badan belum terbiasa dengan panas yang menyengat di Jakarta. Jepang saat ini musim dingin.

Saat pertama kali kopdar dengan editor, Sophie Mou, rasanya aneh juga. " Ternyata ini orang yang selama berbulan-bulan membantuku untuk mengerjakan buku." Kami berdua pun seperti telah mengenal dengan akrab, aneh tapi nyata. Ini pun sama saat pertama jumpa dengan patner menulis, Junanto Herdiawan. Sebelumnya Junanto dan saya sudah kopdar terlebih dahulu di Tokyo. Rasanya kami bertiga pun seperti teman lama, berbincang-bincang dengan akrab. Padahal selama ini kami bertiga hanya berhubungan lewat dunia maya. Sehari kemudian pun saya berkenalan dengan team Galang Press sebagai pihak penerbit. Lagi-lagi, saya pun merasa akrab dengan team tersebut, apalagi sama-sama orang Yogya, klop sudah. Rasanya terobati rasa kangen saya untuk bertemu dengan orang sedaerah, wong Yogya.


Pada tanggal 28 Januari, Sabtu, ada dua acara yang kami hadiri. Pagi hari di restoran Torigen, dalam pertemuan acara reuni KAJI. Bagi saya, anggap saja sebagai pemanasan sebelum benar-benar acara pada sore harinya, di Gramedia Matraman. Setibanya di restoran Torigen, jl. Wijaya I no. 53, kami kaget bukan kepalang. Penuh sesak, orang Indonesia-Jepang berbaur dengan akrabnya. Luarbiasa. Torigen merupakan restoran masakan Jepang, tempatnya luas dan bagus.

Setelah berunding dengan moderator acara, tak lama kemudian giliran kami berdua untuk maju kedepan. Sekali lagi saya merasa beruntung mendapat kesempatan berbicara di depan hadirin, pengalaman yang berharga. Saya sudah merasakan tegang dan deg-degan saat acara ini, jadi saya sudah paham, kurang lebih nanti acara di Gramedia juga seperti ini. Sepulang dari acara tersebut, kami bertiga di temani Devin yang dengan setia mengantar kami menuju lokasi. Tak ada waktu bersantai, kami bersama team Galang Press segera menuju Gramedia Matraman. Lagi-lagi, aku hanya bisa berkata, " Harus bisa, tidak boleh gagal...pantang kalau sampai ragu atau bisu". Saya beruntung ada patner yang sangat piawai menulis dan berbicara, Junanto Herdiawan. Sedikit banyak saya bisa meredam rasa grogi.

Acara mengalami sedikit keterlambatan. Tibalah saat yang ditunggu, moderator mulai memanggil namaku dan patner. Bintang tamu kali ini adalah Pak Prayitno Ramelan, Kompasianer senior sekaligus calon Gubernur DKI Jakarta secara independen. Sosok yang membumi. Sangat piawai berkomunikasi. Saat dipanggil moderator untuk maju ke panggung, memang sedikit grogi.

Beruntung moderator, Nurjannah Intan, sangat piawai dan luwes dalam membawakan acara ini sehingga saya pun semakin rileks. Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan, ada rasa grogi tapi lagi-lagi saya berkata dalam hati, " Harus konsentrasi, semakin banyak yang datang dan berminat semakin bagus untuk buku ini". Akhirnya tibalah sesi pertanyaan, sesi yang menyenangkan.

Berinteraksi langsung dengan pembaca dan hadirin. Saya senang sekali, untuk pertama kalinya bisa bertemu dengan Pak Handoko Widagdo dan Iwan SK.Kerjasama yang apik yang membuat acara ini bisa sukses terselenggara. Terimakasih untuk semua pihak yang membantu.

Sebelum acara signing (tandatangan) di mulai, acara di tutup dengan pidato dari pihak Kedutaan Jepang, yang diwakili oleh Bpk. Masaki Tani. Pidato disampaikan dalam bahasa Indonesia yang bagus sekali. Beliau dengan fasih menggunakan bahasa Indonesia, luar biasa. Hal yang mengejutkan ternyata Kedutaan Besar Jepang menyambut hangat buku ini bahkan mengapresiasi agar buku inipun diterjemahkan dalam bahasa Jepang.

Tak lama kemudian acara signing dimulai, kami berdua mulai tenggelam dalam tumpukan buku yang harus ditandatangani. Saat menandatangani, saya hanya membatin, "Ini jumlah orang yang antri berapa ya ? sepertinya tidak ada habis-habisnya.....". Kokiers, setelah saya melihat foto-foto acara tersebut, baru saya sadar ternyata memang antusias masyarakat Indonesia terhadap buku ini bagus sekali. Sehari launching di Gramedia Matraman, langsung buku " Japan Aftershock" berada di posisi buku laris.

Surprise yang menyenangkan buat semuanya. Kerjasama yang apik. Rasanya impas sudah, saya menulis naskah, revisi berulangkali, begadang, dan semua rasa lelah. Membuat kedua editor stress melihat banyaknya kekurangan dalam naskah. Tantangan menulis buku pertama sangat besar begitu juga untuk buku-buku selanjutnya. Memang menulis sungguh menyenangkan, pantaslah mamak Zeverina begitu mencintai dunia jurnalisme. 2 hari sesudah launching, saya langsung dihubungi Sophie Mou untuk melakukan wawancara dengan mass media Jepang.

Pada saat itu patner, Junanto, sudah kembali ke Jepang. Apa boleh buat, saya harus sendiri. Luarbiasa ternyata buku ini memang punya daya magnit yang kuat hingga mass media Jepang pun tahu. Akhirnya jadilah malam hari saya ditemani editor untuk melakukan wawancara dengan pihak JIJI press dan Kyodo News. Pengalaman yang luarbiasa. Dan juga pihak Halo Jepang! Ada rasa senang dan bangga saat melihat foto kami berdua terpampang bersama buku " Japan Aftershock" di beberapa mass media Indonesia dan Jepang.


Pagi harinya, 31 Januari, saya langsung berkemas untuk kembali ke rumah tercinta, kangen dengan anak-anak dan suami. Rumah yang hangat! Keluarga yang banyak memberiku ide dalam penulisan buku dan artikel.



Salam hangat dari Jepang,
Ryu & Yuka-chan no mama

Ps: Artikel ini telah dimuat pada tanggal 8 Februari 2012 http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/2/2908/pengalaman_mendebarkan_japan_aftershock

0 件のコメント:

コメントを投稿