Dear Zev, AsMod dan KoKiers,
Dua hari yang lalu saya sangat senang sekaligus terkejut berjumpa dengan seorang teman. Kebetulan teman ini berkebangsaan Taiwan. Lama tak bersua, tentu menyenangkan berbincang-bincang dan akhirnya sampailah pada salah satu topik pembicaraan yang membuat saya berusaha mencari informasi lebih lanjut di berbagai website.
Teman tersebut menceritakan bahwa saat ini Taiwan sedang heboh dengan sebuah buku yang berjudul "The Great Disaster of Taiwan" ( bahasa mandarin, "Taiwan da jie nan" ), artinya "Bencana / Kehancuran Taiwan". Semakin mendengar cerita sang teman, semakin penasaran dan timbul rasa keingintahuan saya.
"The Great Disaster of Taiwan" adalah buku yang baru saja terbit di Taipei, 17 November. Dalam waktu singkat "The Great Disaster of Taiwan" (diterbitkan oleh Taiwan News) laris bak kacang goreng. Buku tersebut langsung habis ludes diserbu pembeli saat peluncuran perdana. Sedangkan cetakan kedua sebanyak 10.000 exemplar telah dperjualbelikan sejak tanggal 26 November 2009.
"The Great Disaster of Taiwan" ditulis oleh seorang mantan profesor hukum dan aktivis demokrasi, yang saat ini tinggal di pengasingan di Australia. Beliau bernama Yuan Hongbing. Bahkan tanggal 25 November 2009, Yuan Hongbing mengadakan konferensi pers di Taipei yang intinya mengatakan bahwa "demokrasi Taiwan merupakan ancaman utama bagi Komunis China dan rezim tersebut telah membuat rencana rinci untuk menghadapi Taiwan di tahun 2012".Lebih lanjut Yuan melanjutkan bahwa kebebasan yang dinikmati oleh rakyat Taiwan membentuk perbandingan yang sangat kuat pada situasi politik di China. Keberadaannya (demokrasi di Taiwan) telah mempengaruhi pemikiran dari 1,5 miliar penduduk China. Inilah yang menjadi ancaman serius bagi rezim komunis China.
Yuan juga menulis bahwa rezim komunis China juga merencanakan:
- Membuat ekonomi Taiwan tergantung pada daratan China (mainland) dengan menduduki sebagian besar pasar ekspor dan pariwisata Taiwan .
- Mengikis dasar politik Taiwan dengan merusak (menggantikan) para pemimpin yang berkuasa pada partai KuoMinTang (partai berkuasa di Taiwan).
- Meminggirkan / menyingkirkan partai Pro - demokrasi (Partai Demokratik Progresif). Sumber berita diambil dari : www. Erabaru.net
Terbitnya buku baru tersebut justru menimbulkan ketakutan diantara toko-toko buku, akibatnya beberapa toku buku menolak untuk memajang buku Profesor Yuan ini . Ketakutan yang cukup beralasan, takut akan reaksi demokrasi taiwan terhadap totaliter rezim komunis di China .
Profesor Yuan pun memperoleh banyak tanggapan setelah peluncuran perdana buku barunya. Yuan secara pribadi dihubungi oleh para legislator DPP dan anggota KuoMinTang , yang berharap ingin mengetahui lebih banyak tentang rencana rezim komunis China . Hal ini dikatakan oleh Yuan kepada The Epoch Times sebelum konferensi pers pada tanggal 25 November 2009 (sehari sebelum peluncuran cetakan kedua bukunya).
Pandangan Pribadi Penulis
Adanya buku baru tersebut tidaklah mengherankan apalagi jauh sebelum ada buku tersebut pun Taiwan tidak pernah diakui sebagi satu negara merdeka oleh China (RRC). China ( RRC/ mainland China) tetap beranggapan bahwa Taiwan adalah salah satu bagian propinsi dari negara RRC. Sedangkan Taiwan tetap ngotot bahwa Taiwan adalah negara yang merdeka, bebas, dan bukan bagian dari China.Sejarah kelam akibat perpecahan politik di tahun 1949, dimana Chiang Kai Shek "melarikan diri" ke pulau Taiwan dengan diikuti 2 juta pengikut setianya. Pada akhirnya Chiang Kai Shek menetapkan Taipei sebagai ibukota Taiwan sekaligus basis kekuatan bagi Chiang Kai Shek.
Hingga detik inipun status Taiwan masih mengambang, masih belum berani terang-terangan memproklamir- kan diri sebagai negara yang berdaulat dan merdeka ( silakan koreksi saya apabila informasi salah). Taiwan tentu saja tahu diri apabila memproklamirkan kemerdekaan secara terang-terangan, itu berarti mengajak perang secara terbuka dengan China .
Perbandingan yang sangat jauh antara China dan Taiwan. Apalagi saat ini China mulai memasuki jaman keemasan, populasi terbanyak di dunia 1,5 milyar, sedangkan Taiwan hanya berpopulasi sekitar 23 juta orang. Satu-satunya harapan buat Taiwan pun hanya melanjutkan statu quo, berharap suatu saat China akan berubah pikiran alias melunak sikapnya terhadap Taiwan.
Taiwan berlindung pada kebaikan hati dari Amerika Serikat pun tidak banyak menolong, apalagi setelah krisis global pamor USA semakin melorot dan mulai tergantikan secara perlahan tapi pasti oleh China. USA pun segan dengan China, tidaklah mungkin bagi USA untuk melakukan perang terbuka hanya demi membela Taiwan.
Kembali ke buku baru tersebut, saya tidak akan heran kalau di tahun 2012 rezim komunis China berancang-ancang melakukan hal tersebut. Dari segi ekonomi, pelan tapi pasti ekonomi Taiwan akan tergantung pada China.
Akan tetapi keinginan rezim komunis China untuk menyingkirkan Partai Pro Demokrasi (Partai Demokratik Progresif) atau menggantikan Partai Kuo MinTang tidaklah mungkin dilakukan. Walaupun China dan Taiwan merupakan satu bangsa (ras kuning) akan tetapi pola pikir kedua nya, China dan Taiwan sungguh bertolak belakang. Ibarat minyak dan air, selamanya tidak akan bisa campur jadi satu .
Ada perbedaan mendasar antara Taiwan dan China. Di Taiwan ada kehidupan berdemokrasi yang nyata bukan sekedar ucapan belaka, kebebasan berpendapat yang dihargai sebagai hak asasi manusia sedangkan bagi rezim Komunis China, demokrasi adalah racun kehidupan bernegara . Walaupun saya akui, saat ini China sudah mengalami banyak kemajuan tapi tetap saja kehidupan berdemokrasi, kebebasan berpendapat, masih dikontrol ketat oleh rezim komunis China. Apakah pendapat saya salah ?
Saya punya contoh kecil, kebetulan mempunyai beberapa teman luarnegeri baik Taiwan dan China. Setiap kali bertemu, mereka sedikit banyak terlibat perselisihan mulai hal yang sepele hingga pandangan politik, masing-masing membela negaranya sendiri-sendiri, pada akhirnya saya dan teman negara lain juga yang selalu terpaksa jadi penengah, misalnya mengajak pergi salah satu teman. Sungguh melelahkan apabila kedua bangsa Taiwan dan China dijadikan satu. Keduanya ibarat kucing dan anjing. Bahasa komunikasi sama, akan tetapi cara pikir tetap berbeda. Ibaratnya Taiwan sudah bisa mengeja sampai huruf "X" sedangkan China baru taraf mengeja huruf "L".
Akhir kata, saya pun tetap berpendapat lebih baik biarkan Taiwan tetap berdikari seperti sekarang, mempertahankan status quo sebagai Taiwan dan bukan sebagai bagian dari China (ingatlah selalu Taiwan berbeda kasusnya dengan Hongkong dan Macau yang telah dikembalikan ke China). Itu juga yang selalu saya katakan kepada teman China yang tetap ngotot bahwa Taiwan adalah bagian dari China, walaupun dengan resiko di ajak debat / dikuliahi macam-macam oleh teman saya.
Terimakasih buat semuanya yang telah membaca. Silakan langsung koreksi apabila ada kesalahan informasi sehingga saya pun bisa semakin bertambah wawasan mengenai Taiwan.
Salam hangat dari Jepang,
Ryu & Yuka-chan no mama
Referensi :
- http://erabaru.net/ntdtv-videos/91-ntd-news/7771-rezim-komunis-china-rencana-kuasai-taiwan-tahun-2012
- http://www.epochtimes.com/gb/9/11/25/n2733875.htm
0 件のコメント:
コメントを投稿